Saturday 30 September 2017

[Review] Pengabdi Setan (2017)

(wowkeren.com)

Seorang ibu terbaring sakit dan hanya bisa tergolek membunyikan lonceng jika perlu meminta bantuan. Tak lama, iapun meninggal dan keluarga yang ditinggalkan mengalami teror menyeramkan. Sang ibu seolah kembali ke rumah dengan bunyi lonceng sebagai pertanda kehadirannya. Keempat anaknya yang ketakutan harus bersatu mencari tahu mengapa ibu mereka kembali ke rumah.

Pada masa 1980an, Pengabdi Setan merupakan salah satu film horor paling ditakuti. Sampai sekarang pun film ini masih sering disebut-sebut dan punya kesan tersendiri bagi penggemar horor. Ditambah lagi dengan nama Joko Anwar sebagai sutradara remakenya, hari pertama pemutarannya langsung dibanjiri 91 ribu penonton yang penasaran dengan Pengabdi Setan versi baru ini.

Jika kalian pernah menonton versi tahun 1980, akan menemukan persamaan dan perbedaan dengan versi tahun 2017 ini. Pada remake Pengabdi Setan 2017 ini, Joko Anwar masih mengambil jalan cerita yang sama dengan setting tahun 1980. Saking niatnya, kendaraan, pakaian, maupun perabotan jadul juga entah didatangkan dari mana untuk menimbulkan kesan seolah memang pada tahun tersebut. Setting lokasi di rumah tua pedesaan dengan tetangga yang jauh-jauh mungkin akan menancap di pikiran orang yang menghabiskan masa kecilnya di lingkungan seperti itu. Apalagi kalau rumahnya ada sumur di dalam yang semakin menambah kesan angker. 

Tensi film dibangun dengan cepat. Penampakan sosok ibu yang masih hidup saja sudah menakutkan, apalagi kalau kembali dalam bentuk lain? Penonton nyaris tidak sempat bernafas karena tegang dalam satu segmen meskipun ada juga sedikit adegan lucu di beberapa bagian untuk bernafas sejenak. Versi tahun 1980 lebih banyak memakai peran dukun dan ilmu hitam sementara versi 2017 mungkin sengaja dibuat lebih logis dengan sekte ilmu sesat sebagai sumber bencananya. Kabar baiknya adalah tentu saja penampakan ibu dan mayat hidup yang dihadirkan menggunakan make up yang lebih meyakinkan dan menakutkan dibandingkan tahun 1980 yang masih seadanya seperti kecebur dalam tepung terigu.

Meskipun begitu, ada sedikit plot hole yang patut dipertanyakan. Sudah menggiring penonton ke A, ternyata malah B. Akibatnya malah jadi ada adegan yang terasa janggal. Bisa dibilang juga fokus cerita lebih ke Rini, kakak tertua yang diperankan Tara Basro sementara ketiga adiknya kurang digali karakternya. Mungkin kalian akan bertanya-tanya dengan akhir cerita yang muncul. Iya, saya juga bertanya-tanya dengan endingnya. da yang bisa menjelaskan?

No comments :

Post a Comment