Sunday 14 April 2019

[Review] Ave Maryam (2016)

(id.bookmyshow.com)
Suster Maryam (Maudy Koesnaedi) merupakan seorang biarawati yang bertugas di sebuah rumah untuk mengurus suster-suter yang sudah tua. Dalam kesehariannya, datanglah Romo Yosef (Chicco Jericho), seorang romo muda yang senang bermusik. Ketertarikan tumbuh di antara mereka dan menimbulkan kebimbangan apakah mereka akan menepati janji kepada Tuhan atau mencari kebahagiaan dengan cara lain.

Aslinya, Ave Maryam adalah film produksi tahun 2016 namun melanglang buana dulu ke berbagai festival film di luar sebelum akhirnya tayang di dalam negeri. Film ini dibuat minim sekali dialognya, namun sekalinya bicara maka sering memunculkan kata-kata yang dalam, terutama di seperempat bagian akhir. Justru sinematografinya yang bagus, mulai dari tone warna sampai gereja dan biara yang seperti rumah tua peninggalan Belanda.

Salah satu adegan yang cukup unik adalah saat Suster Maryam dan Romo Yosef sedang makan berdua di sebuah kafe. Mereka berdua tidak saling bicara namun di latar belakang ada film yang sedang diputar dengan dialog yang mewakili isi hati mereka. 

Alasan utama saya menonton film ini adalah karena ingatan masa kecil saat saya menghabiskan 11 tahun di sekolah Katolik dan diajar oleh biarawati juga. Suster Maryam yang ditampilkan Maudy Koesnaedi dan para pemeran biarawati lainnya lumayan mengingatkan saya pada sosok suster-suster yang ada dalam ingatan, terlihat manusiawi dan adem. Di sisi lain, karakter Romo Yosef yang diperankan Chicco Jericho agak kurang mendapat character development karena hampir semua fokus film diarahkan ke Suster Maryam. Penonton jadi kurang bersimpati pada karakter Romo Yosef.

Setelah saya googling, ternyata Ave Maryam kena sensor 12 menit sehingga ada hal yang menjadi tidak diketahui penonton. Diceritakan bahwa Suster Maryam pada awalnya adalah seorang muslim yang convert dan menjadi biarawati, namun hal ini dipangkas gunting sensor mungkin karena dikhawatirkan menimbulkan kontroversi. Pantas saja sepanjang film saya memperhatikan adanya simbol agama yang sering muncul seperti anak kecil berhijab pengantar susu dan adegan Suster Maryam berpapasan dengan sekelompok pelajar berhijab.

Meskipun sudah terpotong sensor, ternyata film ini juga masih menimbulkan kontroversi di kalangan gereja. Ternyata banyak yang mendapat anjuran dari gereja untuk tidak menonton Ave Maryam karena dinilai bertentangan dengan kode etik gereja akibat menampilkan hubungan percintaan antara suster dan romo.

Pada dasarnya, film garapan Robby Ertanto ini menarik apabila penonton bisa bersikap objektif dan lebih berfokus pada pergulatan batin Suster Maryam dan beberapa dialog dengan makna mendalam. 


No comments :

Post a Comment