Monday 10 April 2017

[Review] Danur (2017)

(twitter.com/FilmDanur_)

Sama dengan Trinity, The Nekad Traveler yang saya tonton karena saya mengikuti bukunya, Danur juga saya tonton karena saya mengikuti tulisan Risa Saraswati dalam membagikan kisahnya melihat alam lain. Agak skeptis juga sih pas tahu temanya horror secara buku-bukunya sebenarnya lebih berasa sedih ketimbang horror. Begitu juga pas tahu Prilly Latunconsina yang memerankan Risa. Dan, keraguan saya terbukti setengahnya.

Risa kecil kesepian di rumahnya yang besar karena orang tuanya sibuk bekerja. Di ulang tahunnya yang kedelapan, Risa berdoa meminta teman. Dan datanglah teman-teman tersebut berupa tiga hantu anak Belanda. Risa yang berteman baik dengan mereka mengalami shock berat saat melihat wujud aslinya yang menyeramkan dan memutuskan pindah rumah. Bertahun-tahun kemudian, Risa kembali ke rumah tersebut untuk merawat neneknya. Kali ini, yang harus dihadapinya adalah hantu Asih (Shareefa Danish) yang mengincar adiknya.

Yak, nama Awi Suryadi sebagai sutradara merupakan salah satu yang bikin saya memantapkan diri menonton film ini sejak Badoet yang disutradarainya sukses bikin saya tidur dengan lampu kamar menyala. Sayangnya, jujur saja Danur yang meraih 1 juta penonton dalam seminggu ini tidak semenyeramkan Badoet. Salah satu penyebabnya adalah backsound yang seram terus sehingga penonton jadi tegang padahal tidak terjadi apa-apa. Ujung-ujungnya, gak percaya dengan musiknya. Beda dengan Badoet, di mana kemunculan Kapten Cilukba ditandai dengan musik khas yang bikin penonton bersiap-siap untuk kaget.

Selain itu, ada juga plothole seperti Risa kecil tinggal dengan dua pembantunya tapi sepanjang film hanya satu yang muncul dalam tempo 5 menit saja. Ketika Risa remaja kembali ke rumah tersebut, rasanya janggal membayangkan sepupunya, Andri (Indra Brotolaras) yang anak kuliahan cuma tinggal berdua saja dengan neneknya tanpa ada pembantu ataupun orang lain yang menemani.

Kemunculan Shareefa Danish yang identik dengan Ibu Dara sekalipun nampaknya kurang menolong dalam film ini. Memang ekspresi wajahnya yang datar dan misterius itu mengundang perasaan tak nyaman saat memandangnya. Namun, sayang sekali penonton malah tertawa saat hantu Asih beraksi seperti Kayako versi tidak bisa senam lantai. Begitupun dengan tiga teman hantu Risa yang seharusnya lima kalau di buku, kelihatan kurang berperan penting dalam film yang endingnya seperti Insidious ini.

Ajaibnya, Prilly yang saya ragukan ternyata malah berakting dengan baik sebagai sosok Risa yang introvert. Saya jadi curiga kalau penonton yang bikin full satu teater tempat saya menonton kemarin itu nonton karena ngefans dengan Prilly. Emang isinya anak ABG semua itu teater! Ditambah dengan strategi pemasaran di mana 5 kursi dikosongkan tiap premiere untuk tempat bagi teman-teman hantu Risa dan Prilly yang membuka mata batin demi menyelami aktingnya, jadilah Danur memecahkan rekor sebagai film horror terlaris sepanjang masa dengan jumlah penonton tembus 2 juta saat saya menulis ini. Sorry Awi, I'm waiting for Badoet 2!

RATE:
7.2/10

No comments :

Post a Comment