Sunday 27 September 2020

[Review] Lovely Man (2011)

(cinemapoetica.com)

Cahaya (Raihaanun) diam-diam datang dari kampung ke Jakarta, mencari ayah yang hanya ada samar-samar dalam ingatannya. Sampai di Jakarta, Cahaya kaget mengetahui bahwa ayahnya, Ipuy (Donny Damara) ternyata menjadi waria. Bukan hanya Cahaya, Ipuy juga kaget tiba-tiba anak yang hampir tak pernah dikenalnya muncul. Dalam satu malam, ayah dan anak ini berusaha mendekatkan diri satu sama lain.

Sekilas info, saya pernah baca artikel liputan bahwa sebenarnya banyak waria yang seperti Ipuy. Maksudnya jadi waria di kota besar sambil rutin kirim uang ke istri dan anak di kampung, bahkan banyak istri tahu suaminya jadi waria tapi diam saja selama kiriman uang lancar.

Lovely Man menyoroti kehidupan waria di jalanan. Mulai dari menjajakan diri di pinggir jalan, ngegodain pelanggan, sampai dikejar preman segala. Intinya film ini menawarkan tentang potret kaum transgender yang merupakan kaum minoritas tanpa menjadikan mereka target buat lucu lucuan seperti acara komedi di TV. Sosok mereka disorot humanis lewat satu malam yang dihabiskan Cahaya bersama Ipuy dan teman teman warianya.

Adegan saat mereka berdua duduk dalam komidi putar di pasar malam merupakan adegan yang berkesan sekali untuk saya. Lampu warna warni yang cantik menjadi latar saat Cahaya dan ayahnya duduk berdampingan berusaha mengakrabkan diri setelah tak bersua belasan tahun. Begitu juga saat mereka berjalan kaki di tengah Jakarta kala malam yang sepi. Kota yang begitu ramai dan padat di siang hari menjadi sepi dan damai saat tertidur.

Sutradara Teddy Soeriaatmadja sendiri dalam sesi diskusi yang sempat saya ikuti menyebutkan bahwa Lovely Man ini direncanakan sebagai trilogi bersama Something in The Way dan About a Woman (ada di Netflix). Ketiga film ini sama-sama mengambil tema yang cukup anti mainstream dan menyajikan dualisme hidup. Dalam Lovely Man, dualisme disajikan bagaimana Cahaya yang berhijab sebagai simbol streotype anak baik-baik duduk makan dan jalan bersama seorang waria yang biasanya dianggap sampah masyarakat.

Saat diputar di Festival Film Asia yang ke-6, Donny Damara berhasil menjadi Aktor Terbaik mengalahkan Andy Lau dan Teddy Soeriaatmadja dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik. Pantas saja, karena akting Donny Damara di sini benar-benar totalitas. Kegalakannya sebagai waria sangat terasa saat mengejar Cahaya sebelum tahu bahwa itu anaknya sendiri. Saya gak pernah dipalak waria sih, tapi teman saya takut banget sama waria karena pernah dipalak oleh waria pengamen.

Dulu saya nonton pas film ini diputar di bioskop tahun 2011 bersama seorang teman. Selesai nonton, teman saya itu gak pernah mau lagi kalau saya ajak nonton. Ya bagaimana ya, film tema beginian memang bukan film mainstream yang bisa dinikmati semua orang. Untung sekarang Lovely Man sudah ada di Netflix sehingga kalian gampang kalau mau nonton. Saya saja nonton ulang demi nulis review ini.

No comments :

Post a Comment